Tawakal tidak terjadi sendirinya melainkan perlu banyak latihan (riyadhah)

HL Haji

Tawakal itu mudah diucapkan, namun sulit untuk dilaksanakan. Dikala kita mendapat musibah dan cobaan, tiada nasehat yang kerap diucapkan orang lain kepada diri adalah sabar dan tawakal.

Bila sabar sudah jelas pengertiannya lalu bagaimana dengan tawakal?. Tawakal adalah  menetapkan dan berserah diri kepada Allah  atas semua kejadian atau hasil yang diterimanya dengan keyakinan bahwa Allah yang memiliki kekuasan dan kehendak terhadap semua makhluk – Nya. Dengan bertawakal seseorang tidak berubah atau bergeming sedikitpun keyakinannya untuk selalu bersandar kepada Allah. Dengan pengertian itu menjadi jelas bila tawakal adalah bentuk amalan hati.

Menjadi orang yang tawakal (Mutawakil) tidaklah terjadi dengan sendirinya, butuh proses untuk mengikhtiarkannya. Dengan kata lain untuk menjadi Mutawakil memerlukan latihan (Riyadhah). Dalam semua kisah Nabi didalam Al Quran, untuk menjadikan Nabi dan Rasul sebagai hamba yang terpilih, semuanya telah mendapatkan berbagai latihan dan cobaan yang berat oleh Allah, sehingga mereka diangkat sebagai utusanNya.

Dalam budaya NU yang ditandai dengan kepatuhan kepada kyai salah satu tujuan antara untuk menuju kepatuhan yang hakiki kepada sang Khaliq. Latihan seorang santri kepada kyainya dengan mengikuti perintahnya yang sesuai dengan ajaran Islam menjadi latihan baginya untuk mematuhi pula ajaran Tuhannya. Banyak hal dikisahkan oleh ulama besar yang muncul dari gemblengan dan latihan dari ulama atau guru pendahulunya.

Untuk melihat terjadinya proses tawakal yang mantap dan tertanam kuat di hati dapat ditelusuri melalui kisah nabi nabi. Dari uraian kisah dalam Al Quran itu lihatlah proses tawakal yang terjadi pada nabi-nabi tersebut yang menjadikan mereka menjadi orang yang tawakal.

Lalu bagaimana diri untuk dapat dan selalu bertawakal?

Caranya juga sama yaitu terus berserah diri secara total dan menjalani  proses hidup dengan menerima semua kejadian-kejadian sabagai cerminan dari hukum dan qadhaNya atas diri. Dengan demikian jalan bertawakal tidak lain harus memperbanyak mengingat Allah, janganlah berpaling, selalu berdoa dan berdzikir kepada Allah.

Bila hati sudah mantap demikian, keyakinan akan muncul bahwa pertolongan Allah akan selalu datang kepada hambanya yang selalu bertawakal. Nabi Saw bersabda: Jagalah Allah, maka Dia akan menjagamu.

Firman Allah : Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.(Atthalaq:3). 

Wallahu a’lam

(Diambil dari buku Tombo Ati, Abdurahman Idrus Lasyarie)

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.