Indahnya berbagi 5 : Sedekahnya penjual soto

1449985963-JATIMTIMES-Soto-Bok-Ireng-dengan-pengapian-tradisional-yang-legendaris

Kisah ini banyak muncul di social media terkait cara unik bersedekah seorang penjual soto yang menggratiskan dagangannya setiap hari jumat, Begini kisahnya

Dalam perjalanan kerja ke Solo,
satu hari saya mampir makan di warung soto dekat hotel tempat saya menginap. terlihat warung soto itu karena sangat ramai dikunjungi pelanggannya dan terlintas dalam . Saya penasaran dan yakin kalau sotonya pasti enak.

Ketika mendekat, suasana terasa aneh kok banyak sekali abang-abang becak yang makan di sana. Namun suasana itu tidak menyurutkan saya untuk masuk dan segera memesan soto dan menikmatinya: “Hmmm.. sotonya memang benar-benar enak !”

Ketika selesai makan dan mau membayar, Bu Amir pemilik warung soto itu melarang saya mengeluarkan uang. “Tidak usah bayar Dik, terima kasih atas kunjungannya.”.. ..
Dengan penuh rasa heran saya bertanya alasannya kenapa gak boleh bayar ?

“Ini hari Jumat Dik, di sini tiap hari Jumat gratis!”

Masya Allah, terjawab sudah kenapa sebagian besar yang makan di warung ini tukang becak.

Setengah bingung saya mencoba mendekat ke tempat Bu Amir duduk. “Ibu, apa gak rugi jual soto seharian gak dapat uang?”, tanya saya setengah menyelidik.
“Dik, dari hari Sabtu sampai hari Kamis kan alhamdulillah kami dikasih rizki, dikasih untung sama Allah !!!

Kalau kami bersyukur dengan cara menggratiskan satu hari, untung kami masih sangat banyak untuk ukuran kami.

Kalau mau jujur seharusnya kami memberikan hak kepada Allah minimal 30% !  Coba adik pikir, siapa yang menggerakkan hati pelanggan-pelanggan kami untuk datang kemari ?

Kalau kami harus membayar salesman, berapa uang yang harus kami bayar ?

Semoga dengan 1/7 bagian ini Allah ridho. Sebagian besar dari hasil usaha ini kami gunakan untuk membiayai 4 anak kami.  Mereka kuliah semua Dik. Satu di kedokteran UGM, satu di Teknik Sipil ITB, yang 2 lagi di UNS sini. Kalau bukan karena pertolongan Allah, mana bisa usaha kami yang sekecil ini membiayai kuliah 4 orang !” Bu Amir menjelaskan panjang lebar.

Saya terperanjat kaget mendengar penuturan bu Amir itu.  Bu Amir dengan warung sotonya  mampu membiayai anaknya 4 kuliah di Universitas Negeri semua !
Malah masih bisa memberi makan kepada tukang-tukang becak dan semua orang yang berkunjung ke warungnya setiap HARI JUMAT, GRATIS lagi !!!

Saya gak kehilangan akal, untuk membayar rasa kagum dan rasa bersalah makan soto gratis, saya masuk mall. Saya membeli dompet cantik buat hadiah Bu Amir. Saya pikir, masa Bu Amir gak mau dikasih dompet secantik ini ?” Dalam waktu tidak sampai satu jam saya sudah kembali ke warungnya.

“Lho, kok balik lagi, ada yang ketinggalan Dik ?”, sapa Bu Amir heran.

“Mohon maaf Bu, ini hadiah dari saya tolong diterima. Anggap saja sebagai kenang-kenangan dari saya buat ibu yang telah memberi pelajaran hidup yang sangat berarti buat saya.”

Dengan senyum tulus dan bicaranya halus Bu Amir menolak: “Dik, terimakasih hadiahnya. Maaf, bukan ibu menolak. Ibu cukup pake dompet ini saja, kenang-kenangan dari suami ibu ketika beliau masih ada. Awet banget, tuh sampe sekarang masih bagus.”

Bu Amir menepuk bahu saya. “Bawa saja pulang dan hadiahkan buat istrimu. Percayalah, istrimu pasti senang dapat oleh-oleh dari Solo. Adik mampir di warung Ibu saja sudah merupakan sebuah kebahagiaan yang tidak ternilai. Ibu senang, benar-benar senang sudah bisa ngobrol sama adik.” Begitu kata Bu Amir sambil tersenyum.

Saya kehilangan akal dan hanya bisa pamit sambil menundukkan kepala ….

Wallahu a’lam

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.