Dalam memahami sunnah Nabi Saw perlu diperhatikan 3 hal sehingga pemahaman seseorang terkait suatu hadist dapat lebih menyeluruh terutama dalam menjadikan Nabi Saw sebagai Uswatun Hasanah (suri teladan yang baik).
3 hal itu adalah:
1.Qawliyah
Sumber sunnah yang pertama ialah qawliyah, yakni segala perkataan yang disabdakan Rasulullah SAW yang didengar oleh sahabatnya dan disebarluaskan kepada masyarakat. Dalam kitab-kitab hadits sunnah qawliyah ini ditandai dengan kata-kata seperti Qaala, yaquwlu, qawlu, sami’tu yaquwlu.
2. Fi’liyah
Sumber sunnah yang kedua ialah fi’liyah, yakni perbuatan Rasulullah SAW yang dilihat oleh sahabatnya dan diceritakan kepada kaum muslimin dari kalangan tabi’in, kemudian disebarluaskan kepada generasi berikutnya hingga sampai kepada para penyusun kitab hadits. Kalimat yang biasa digunakan untuk menjelaskan sunnah fi’liyah ini adalah kaana Rasulullah (adalah Rasulullah), Ra-aytu Rasulullah (saya melihat Rasulullah).
3. Taqririyah
Sumber sunnah yang ketiga ialah taqririyah, yaitu perbuatan sahabat yang diketahui Rasulullah SAW dan beliau tidak melarangnya, kemudian peristiwanya diberitakan kepada kaum muslimin. Contoh sunnah taqririyah ini adalah pelaksanaan shalat qiyamu Ramadhan.
Inilah 3 hal penting yang menjadi dasar untuk mempelajari suri teladan Rasulullah terkait ahlaqul karimah, yang tidak bergantung kepada ucapan atau yang tertulis saja, namun perbuatan dan sikap termasuk diamnya Rasulullah saw adalah tersimpan maksud/ hikmah atau ilmunya juga.
Aplikasi
Dalam keseharian aplikasi secara sederhana dapat dilakukan dalam menilai dan memahami seseorang. Karena itu dalam melihat dan memahami seseorang harus dilihat dalam 3 hal yaitu perkataannya (qaul), kemudian perbuatan dan sikapnya (af’al) dan Taqrir (diamnya).
Pemahaman tiga hal itu dapat juga diterapkan sebagai pedoman dalam pergaulan manusia. Sebagai seorang muslim menjadi tidak mudah menilai seseorang hanya dari ucapan dan perkataan belaka, namun akan lebih baik bila melihat dari perbuatan dan sikapnya termasuk diamnya. Bila ini dilakukan potret seseorang dapat lebih kaffah sehingga dapat dihindari salah sangka yang buruk atau munculnya sikap dengki terhadap seseorang.
(Ringkasan Buku Beberapa Pendekatan Memahami Sunnah Ust. H. U. Saifuddin ASM)
Wallahu a’lam
One Comment Add yours