Kisah Nabi Musa As yang tidak mengenali Tuhannya

kakek-tua

Letter-A-icon-1 Al kisah, di zaman Nabi Musa AS, ada sekelompok Bani Israil mendatangi nabi musa. Mereka mngutarakan keinginannya kepada Nabi Musa untuk mengundang Allah agar hadir di jamuan makan malam yang akan mereka selenggarakan.

Nabi Musa marah, Beliau berpikir bahwa umatnya hanya meledeknya saja. Masa mau mengundang Allah untuk makan malam?

Dalam keadaan gundah, Nabi Musa pergi ke bukit Sinai, bermaksud mengadukan masalah ini kepada Allah. Tetapi sesampainya disana, Allah malah berfirman kepada Nabi Musa, ” Bukanlah umatmu meminta Ku datang pada jamuan makan malam mereka? Beritahu mereka, bahwa Aku akan datang,”

Bingunglah nabi Musa AS. Tetapi kemudian Nabi Musa  mengabarkan bahwa berita gembira ini umatnya dan berpesan agar mereka mempersiapkan sebaik mungkin mengingat yang datang adalah Allah SWT.

Di Hari H, ketika umat Bani Israil mempersiapkan persiapan terakhir jamuan makan malam, datanglah seorang yang sudah tua di tengah tengah mereka. Pak Tua ini meminta kepada salah satu dari mereka, makanan walau sekerat, dan minuman walau seteguk.

Tetapi tidak ada satupun yang melayani pak tua ini, bahkan tidak sedikit yang menghardiknya, seraya memberitahu bahwa mereka sedang sibuk mempersiapkan jamuan makan malam. Dan pak tua itu diberitahu, siapa yang datang? Yang datang adalah Allah, pemilik Alam ini.

Pak tua putus asa. Kemudia dia mendatangi Nabi Musa. Dengan harapan, mengingat Nabi Musa ini adalah pemimpin mereka. Pak Tua ini berharap Nabi Musa ini lebih bijak. Ternyata Nabi Musa malah menyuruhnya mengisi bak air. Katanya gak ada yang gratisan. Semuanya juga bekerja. Jadi kalau mau dapat makanan dan minuman, ya harus kerja dulu.

Pak tua itupun menurut. Di tengah rasa lapar dan dahaganya, ia mengisi bak.

Bani Israil bersuka cita, sementara pak tua merana. Bani Israil bersuka cita, sebab mereka memang selama ini merasa umat yang istimewa. Dan nampak sekali kali ini keistimewaan mereka. Belum pernah ada selama ini Allah mau menampakkan wujudnya. Berkali kali mereka meminta kepada Musa, tetapi tidak pernah dikabulkan Allah. Sampai sampai mereka pernah mengancam bahwa mereka tidak akan beriman sampai mereka melihat Allah dengan jelas. Nah, sekarang Allah menjanjikan diri Nya datang. Bani Israil jelas bersuka cita.

Sementara Bani Israil bersuka cita, tidak ada yang sadar kalau pak tua kemudian meinggir dan menjauh dari mereka. Tetapi kaum bani israil terlanjur tidak perduli. Mereka lebih konsen kapada rencana kedatangan Allah. Tidak Bani Israil, tidak juga Nabi Musa, semuanya khilaf.

Ketika waktu yang dijanjikan tiba, ternyata Allah tidak datang. Bahkan ketika Bani Israil menyabarkan dirinya, disuruh sabar oleh Nabi Musa, Allah tetap tidak kunjung datang. Kesabaran Bani Israil berujung pada kemarahan. Mereka marah kepada Nabi Musa yang telah berbohong. Mereka tidak percaya kalau Allah mau datang. Mereka menuduh Nabi Musa merekayasa janji Allah.

Kali ini Musa berasa begitu berat. Ia kembali ke bukit Sinai bermaksud mengadukan kembali apa yang ada di isi hatinya. Kenapa Allah yang menjanjikan diri Nya datang malah tidak datang? Dia kan jadi malu sendiri. Kalau memang tidak mau datang, ya tidak usah janji datang. Begitu Nabi Musa mengeluh.

Tetapi lagi lagi, sesampainya nabi Musa di bukit Sinai, Allah mendahului berfirman kepadanya:

“Ketahuilah hai Musa, Aku sudah datang, Aku sudah datang! Aku sudah datang memenuhi janji-Ku. Tetapi kalian tidak satupun ada yang menyambut Ku. Aku datang bahkan dalam keadaan lapar dan haus. Dan tidak ada satupun dari kalian yang sudi memberi Ku makan, memberi Ku air. Aku bahkan datang kepadamu Musa, dalam keadaan letih, tetapi engkau malah menyuruhku memenuhi bak air untuk sekedar upah yang hanya bisa mengganjal perut Ku dan untuk sekadar upah yang bisa membasahi tenggorokan Ku.

Ketahuilah Musa, tidaklah sampai cinta Ku, kecuali engkau mencintai sesama. Tidaklah samapai pelayanan Ku kecuali engkau sudi melayani sesama. Ketahuilah Aku mencintai hanya kepada mereka yang mencintai sesama. Aku bersedia membantu hanya kepada mereka yang bersedia membantu sesama. Dan ketahuilah pula kenikmatan adalah untuk berbagi.

Lemaslah Nabi Musa. Dan sadarlah ia akan kekeliruannya dan kekeliruan umatnya. Allah ternyata hadir. Dan Allah hadir dalam seorang pak Tua…Sekarang Allah lah yang “kecewa” pada dirinya dan pada diri umatnya.

(Dari buku Mencari Tuhan yang hilang 2, Ustadz Yusuf Mansur)

Wallahu a’lam

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.