Kisah Mbah Pon yang hidupnya semeleh (hidup selalu penuh ikhlash dan tawakal)

mbah pon

Selama di jogja saya selalu mendapat kata kata yang menenangkan, seperti kata semeleh. Semeleh dalam pengertian ini adalah sikap yang selalu ikhlash dengan seluruh permasalahan atau beban dan membiarkan Tuhan yang mengatur dan memberi solusinya.

 

Rasanya bagi kita yang sudah di karunia iman dan takwa untuk mengamalkan selalu bersyukur menjadi tidak akan ada apa apanya dibanding apa yang diteladankan mbah Pon di bawah ini. Dia selalu bersyukur sehingga selalu dilapangkan hatinya sehingga tidak ada masalah dan selalu dapat tawakal akan jaminan rezeki Allah. Baiklah saya sampaikan kisahnya:

Namanya mbah Pon……
Penjual gudeg dipojokan pasar Beringharjo Jogja.

Mempunyai lima anak yang dua anak sudah kuliah di Universitas Gajah Mada (UGM), dua lagi di Insititut Teknologi Bandung (ITB) dan satu lagi di Universitas Indonesia.

Mereka sekolah sampai jenjang kuliah tanpa beasiswa.

Siang itu, mbah Pon duduk di depan para peserta seminar yang antusias ingin belajar kesuksesan dari mbah Pon.

Banyak pertanyaan dilemparkan, tapi tidak ada jawaban dari mbah Pon yang bisa memuaskan peserta.

Misalkan, ketika ada pertanyaan, kiat mendidik anak, jawabannya hanya, “nggih biasa mawon, nek nakal nggih dikandani” (terjemahan bebasnya, biasa saja, kalau nakal yang dibilangin)

Pertanyaan soal pembayaran kuliah anak-anaknya dijawab mbah Pon.. “Pas kedah bayar sekolah nggih dibayar” (terjemahan bebasnya, “Kalau waktu bayar, ya kita harus bayar.”

Peserta seminar sudah tidak tahu lagi harus bertanya apa, karena tidak ada jawaban yang spesial dari mbah Pon.

Hingga seorang peserta bertanya, ” mbah Pon, napa njenengan mboten nate wonten masalah?” (terjemahan bebasnya, “Mbah Kanapa kok kamu seperti enggak punya masalah?”

Dengan wajah bingung mbah Pon balik bertanya, ” masalah niku napa tho? Masalah niku sing kados pundi?” (terjemahan bebasnya,” Masalah itu apa ya, yang seperti apa ya masalah itu — dengan muka polos)

Peserta itu mencontohkan “Niku lho mbah, misalke pas badhe mbayar sekolah pas mboten wonten arthone” (terjemahan bebasnya, “Itu mbah, misalnya pas mau bayar sekolah anak, tapi mbak enggak punya uang.”

Dengan tersenyum mbah Pon menjawab, ” oh..niku tho, nggih gampil mawon, dereng wonten artho nggih kula nyuwun Gusti Allah, lha ndilalah mbenjang e gudeg e wonten ingkang mborong” (terjemahan bebasnya, “Oh itu. Ya mudah saja, kalau enggak punya. Ya, minta sama Tuhan Allah. Eh, siangnya, jual gudeg ada yang mborong.”

Jawaban mbah Pon menampar para peserta seminar yang notabene adalah orang-orang pintar terpelajar.

Orang-orang yang paham tentang ilmu energi dan bagaimana hukum energi bekerja, Energi selalu menarik energi yang bersifat sama. Jadi, ….

Mbah Pon tidak tahu apa itu masalah, sehingga tidak pernah menganggap hidupnya ada masalah.

Bagaimana mungkin masalah datang dalam kehidupannya..??

copas dari https://matranews.id/resep-sukses-mbah-pon-pasar-beringhardjo-yogya/

Wallahu a’lam

 

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.