Kenyataan yang ada, seorang muslim banyak memiliki krisis kepercayaan diri. Tawadhu sering ditafsirkan kerendahan diri dengan wujud putus asa atau pasrah.
Sebenarnya tidak harus demikian. Orang muslim harus memiliki percaya diri, benar mengutamakan rendah hati tapi bukan rendah diri dalam bergaul dengan sesamanya.
Harus dipahami bahwa kepercayaan diri adalah identik dengan munculnya keberanian diri terhadap apa dan siapapun dan jauh dari sifat gamang atau ragu-ragu. Percaya diri juga terbibit dari wujud kesyukuran dan ketegasan dirinya dalam memilih kebaikan sebagai jalan atau prinsip hidupnya.
Dasar kepercayaan diri
Seorang mukmin wajar memiliki kepercayaan diri dan integritas karena ada keyakinan yang dilakukan benar sesuai pedoman agama, semua dilakukan dengan niatan mulia semata mencari ridhoNya, sikap berani ambil keputusan, memiliki kapasitas diri dan selalu berprasangka baik kepada dirinya. Bila dasar itu ada yakinlah seorang mukmin pasti prilakuknya penuh percaya diri
Orang yang percaya diri yakni kalau niatannya karena Allah dan selalu yakin dalam perjalananya Allah selalu bersamanya. Percaya diri hilang atau ragu karena ada terbersit yang dilakukan adalah bukan karena Allah ada kepentingan untuk mencari kesenangan diri saja.
Piawai dalam ambil keputusan apapun
Terkait dengan mengambil keputusan, banyak orang saat ini cenderung mengekor wait and see sehingga banyak peluang lewat. Karena kepercayaan diri juga sangat erat dengan keberanian mengambil keputusan dan menetapkan pilihan. Betul jadinya kalau hidup ini adalah pilihan. Orang yang tidak berani menetapkan pilihan pastilah bukan orang yang percaya diri dan dirinya akan menyia-nyiakan kesempatan.
Ali bin Abi Thalib Ra berkata : Orang yang terlalu memikirkan akibat dari sesuatu keputusan atau tindakan, sampai kapanpun di tidak akan menjadi orang yang berani.
Cara dalam menetapkan pilihan juga tetap memohon petunjuk Allah, tidak dilakukan secara gegabah namun hati-hati. Dirinya akan tahu diri dikala berhadapan dengan orang lain dengan tahu persis kemampuan diri dan tidak memaksakan kehendak diri apalagi kepada orang lain sesuai Hadis riwayat Thabrani :
Tidak akan kecewa orang yang mau mengerjakan shalat Istikharah (kala dihadapkan pilihan sulit) dan tidak akan menyesal orang yang suka bermusyawarah serta tidak akan melarat orang yang suka berhemat dan lakunya sederhana
Seorang mukmin itu pemimpin
Dan pada akhirnya seorang muslim itu dengan kepercayaan dirinya pastilah dapat menjadi pemimpin. Karena setiap orang adalah khalifah, paling tidak bagi dirinya. Seorang mukmin yang menjadi pemimpin sudah pasti tidak sombong apalagi pongah
baik terhadap sesama, apalagi terhadap Allah. Cermin kepercayaan dirinya tidak terdorong untuk mempertontonkan kehebatan ilmu, jabatan dan materi namun lebih kepada kesederhanaan dan kejujuran, bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan tanpa melupakan ikhtiar dan produktifitasnya.
Terkait dengan prasangka baik, bahwa kepercayaan diri adalah modalitas dan penentu seseorang mencapai keberhasilan dan kegagalan. Semakin seseorang itu percaya diri dan yakin, maka sedekat itulah dirinya dapat mendapatkan kesuksesannya.
Pentingnya prasangka baik kepada Allah
Dalam hal ini prasangka baik dan berpikir positif sangat berperan menentukan kesuksesan seseorang. Seorang yang Pede terlihat sombong di mata orang lain karena dia selalu berprasangka baik bahwa dirinya akan selalu dilindungi dan di bantu Allah tidak ada keraguan atau kesedihan dalam dia melangkah.
Sebagai contoh kala kita mendapat undangan dari seseorang yang baik, dia akan pergi dengan yakin membawa bekal seadanya karna yakin tuan rumah pasti memikirkan bagaimana dia pulangnya. Sementara yang lain akan membawa bekal banyak paling tidak memikirkan ongkos pulangnya karena berprasangka buruk kepada yang undang misalnya bagaimana kalau tuan rumah lupa?. Karenanya tidak akan muncul kesuksesan kepada orang yang berprasangka buruk kepada Allah.
Wallahu a’lam