Wajah memberi kabar dan kadar nasib seseorang

Wanita Muslimah Bercadar - Arab Woman In Hijab HD Wallpaper (18)

Pengertian wajah

Nabi Saw dalam salah satu sabdanya menyatakan bahwa didalam wajah seseorang tersimpan khabar. Wajah secara fisik pengertiannya adalah raut, rupa, bentuk atau tampilan muka seseorang. dalam pengertian wajah ini seseorang dapat dilihat ganteng, tanpan, cantik atau sebaliknya buruk rupa.  Apakah sedemikian sederhana wajah hanya diartikan demikian?

Akan menjadi menarik bila kita kaitkan pengertian wajah dalam seseorang mengawali shalat dengan membaca doa iftitah yang penggalannya doanya adalah : “Ku hadapkan wajahku dan diriku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi …dstnya

Dalam hal ini muncul pertanyaan khabar atau kondisi dari wajah yang mana?. padahal Tuhan tidaklah melihat wajah rupa dan fisik seseorang tetapi melihat bagaimana wajah seluruhnya termasuk dari perbuatan. Wajah perbuatan yang dilakukan manusia pada umumnya muncul dari cetusan nafsu yang berasal dari pikiran, perasaan dan kemauan yang bila menjadi kebiasaan itu akan melahirkan sifat atau karakter manusia itu sendiri.

Cara membaca wajah

Membaca wajah bukan hal yang sulit, kuncinya pada setiap manusia, mengingat komposisi terkait unsur dan sifat pada manusia adalah sama. Hal yang membedakan adalah dorongan atau orientasi yang tercermin dari wajah nafsunya yaitu pikiran, perasaan dan kemauan itu. Bagi orang tiada beriman mudah dibaca, sementara orang yang beriman akan sulit, karena mereka tidak bergantung pada nafsunya, namun pada akal dan hatinya yang semuanya diserahkan kepada Allah.

Sebagai misal, orang beriman saat dirinya tidak memiliki uang dan punya uang wajahnya sama saja tetap tersenyum, sementara bagi yang tiada beriman reaksinya akan cemberut, kuatir dan bingung dengan tidak adanya uang. Begitu juga orang yang berilmu saat mendapat kemuliaan akan berkata astaghfirullah, sementara dikala mendapat kesulitan akan berkata alhamdulillah, Hal-hal serupa inilah mengapa orang yang berilmu dan derajat yang lebih tinggi susah dibaca oleh orang awam, biasanya cenderung salah.

Satu hal lagi dalam membaca wajah, juga harus total, karena bila diri salah menilai akan mudah menjadi dengki. Seseorang itu harus dilihat dalam 3 hal yaitu perkataannya (qaul), kemudian perbuatan dan sikapnya (af’al) dan Taqrir (diamnya). Ini juga dasar untuk mempelajari teladan Rasulullah terkait ahlaqul karimah, yang tidak bergantung kepada ucapan atau yang tertulis saja, namun perbuatan dan sikap termasuk diamnya Rasulullah saw adalah tersimpan maksud/ hikmah  atau ilmunya juga.

Wajah orang beriman dan tidak beriman

Wajah orang beriman terlihat dari kemampuan hati dan akalnya untuk membimbing nafsunya berupa pikiran, perasaan dan kemauan serta anggota tubuhnya untuk selalu berbuat sesuatu yang bernilai amal saleh. Wajah mereka punya keyakinan dan selalu berjalan sesuai dengan pedoman yang jelas dari Al Quran dan Assunah, sehingga jauh dari sifat ragu-ragu, kuatir dan bingung dalam melangkah.

Sebaliknya orang yang tidak beriman dirinya selalu melakukan sesuatunya didasarkan kepada keyakinan diri dan sangkaan orang lain atau mengikuti trend yang belum tentu benar dan juga selamat. Wajah hidupnya akan dikendalikan nafsu yang tercermin pada pikiran, perasaan dan kemauannya yang selalu mencari kebutuhan dan kelezatan dunia. Hati dan akalnya cenderung tidak digunakan dan selalu terpenjara dan terseret nafsunya.

Berdasarkan tanda wajah serupa ini, makanya kita dapat bedakan wajah orang beriman yang berseri-seri penuh cahaya iman dan sebaliknya muka orang kafir dan munafik yang tidak bercahaya. Inilah awal ilmu untuk dapat menilai dan mengukur kapasitas diri, bukan untuk bersegera menilai orang lain.

Karenanya wajah orang beriman dan wajah orang tiada beriman dapat dibedakan, sesuai Al Quran dalam surat Yunus 26-27

Firman Allah: “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik dan ada tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak pula kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan memperoleh balasan yang setimpal dan mereka diliputi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari azab Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita. Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”

Dalam kitab Duratun Nasihin, Nabi Saw juga menyampaikan perbedaan wajah penghuni surga dan neraka dalam

Nabi Saw bersabda : Sungguh Allah menjadikan manusia 8 perkara, empat bagi penghuni surga dan 4 lainnya bagi penghuni neraka. Adapun wajah penghuni surga adalah wajah yang manis, peramah dan jauh dari cemberut, lisannya fasih, jelas tutur katanya dan tiada berbelit-belit, berhati lembut senantiasa takwa dan tangan yang dermawan. Sementara penghuni neraka wajahnya muram, suka marah dan cemberut, lisannya suka berkata keji dan mungkar, berhati keras ingkar terhadap kebenaran agama dan tangannya kikir.

Wajah dalam kaitan kadar nasib seseorang

Dari karakter ini akan terlihat kadar nasib seseorang apakah akan selalu mengacu kepada penghuni surga atau berada dalam lindungan Allah alias selamat atau memang secara perlahan atau cepat menuju kehancuran sebagaimana penghuni neraka akibat dari perbuatannya sendiri yang ingkar kepada Allah.

Baik buruknya nasib seseorang sangat ditentukan akan baik buruknya amal perbuatan. Bila perbuatannya baik dapat dipastikan nasibnya juga akan baik dan begitu juga sebaliknya. Hanya dengan Hati Iman dan akal yang sehat yang mampu dapat mengendalikan unsur nafsu itu yang dapat melahirkan amal perbuatan yang baik/amal sholeh.

Khalifah umar berkata : Barang siapa yang jernih hatinya, akan diperbaiki Allah pula pada yang nyata di wajahnya.dan Khalifah Usman juga berkata: Tidaklah seseorang menyembunyikan sesuatu, melainkan Allah akan menampakkannya melalu raut wajahnya dan ketergelinciran mulutnya.

Bila demikian masih perlukah bila diri mempercayakan untuk dapat dibacakan wajah dan nasibnya kepada orang lain atau sesuatu yang keluar bukan dari ilmuNya melalui Al Quran dan Assunah sebagai petunjuknya yang jelas dan tiada keraguan sedikitpun?.

Dalam semangat bermuhasabah (introspeksi) wajah yang manakah dari diri kita saat ini yang lebih dekat wajah sebagai penghuni syurga atau neraka?

Wallahu ‘alam bishowab

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.